RAHASIA BESAR DI BALIK 17 RAKAAT SHALAT WAJIB SEHARI SEMALAM
Setiap Muslim pasti tahu bahwa jumlah rakaat shalat wajib dalam sehari adalah 17 rakaat. Tapi pernahkah kita merenung, mengapa harus 17? Apakah ada rahasia atau hikmah di balik angka ini?
Ternyata, para ulama terdahulu telah menjelaskan dengan sangat indah. Salah satunya adalah Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, seorang ulama besar dalam mazhab Syafi’i. Beliau menyebutkan dalam kitab Hāsyiyah al-Bujairimī ‘alā Syarḥ al-Manhaj sebagai berikut:
فَائِدَةٌ: الْحِكْمَةُ فِي كَوْنِ الْمَكْتُوبَاتِ سَبْعَةَ عَشَرَ رَكْعَةً أَنَّ زَمَنَ الْيَقِظَةِ مِنْ الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ سَبْعَةَ عَشَرَ سَاعَةً غَالِبًا اثْنَا عَشَرَ نَهَارًا، وَنَحْوُ ثَلَاثِ سَاعَاتٍ مِنْ الْغُرُوبِ وَسَاعَتَيْنِ مِنْ الْفَجْرِ فَجَعَلَ لِكُلِّ سَاعَةٍ رَكْعَةً جَبْرًا لِمَا يَقَعُ فِيهَا مِنْ التَّقْصِيرِ
Artinya: “Faidah: Hikmah dari jumlah 17 rakaat dalam shalat maktubah (shalat yang diwajibkan) adalah bahwa dalam sehari semalam manusia biasanya terjaga (tidak tidur) selama 17 jam. 12 jam pada siang hari, sekitar 3 jam setelah matahari terbenam, dan 2 jam pada saat fajar. Maka setiap jam dijadikan satu rakaat sebagai penebus atas kecerobohan manusia yang dilakukan pada setiap jam tersebut.” (Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairomi, Hasyiah Bujairomi ‘ala Syarhi Manhaj Thulab, [Beirut, Darul Fikri: 2010], juz 1 halaman 152)
Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Setiap rakaat adalah penebus dari kelalaian kita dalam waktu yang berjalan. Saat kita lupa, sibuk, atau bahkan berbuat salah, shalat datang untuk membersihkan dan menyeimbangkan.
Lalu, mengapa jumlah rakaat pada setiap waktu shalat berbeda-beda?
Syekh Bujairimi melanjutkan penjelasannya:
وَكَانَ حِكْمَةُ كَوْنِ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ بَقَاءَ الْكَسَلِ وَالْعَصْرَيْنِ أَرْبَعًا أَرْبَعًا تَوَفُّرَ النَّشَاطِ عِنْدَهُمَا وَالْمَغْرِبِ ثَلَاثًا أَنَّهَا وِتْرُ النَّهَارِ، وَلَمْ تَكُنْ وَاحِدَةً لِأَنَّهَا بَتْرَاءُ مِنْ الْبَتْرِ وَهُوَ الْقَطْعُ، وَأُلْحِقَتْ الْعِشَاءُ بِالْعَصْرَيْنِ لِتَجْبُرَ نَقْصِ اللَّيْلِ عَنْ النَّهَارِ إذْ فِيهِ فَرْضَانِ وَفِي النَّهَارِ ثَلَاثَةٌ لِكَوْنِ النَّفْسِ عَلَى الْحَرَكَةِ فِيهِ أَقْوَى
Artinya: “Adapun hikmahnya shalat Subuh terdiri dari 2 rakaat adalah karena pada waktu subuh masih ada rasa malas dalam diri manusia, Zuhur dan Ashar terdiri dari 4 rakaat karena bangkitnya rasa semangat pada waktu tersebut, Maghrib 3 rakaat karena ini adalah witirnya waktu siang dan tidak ditetapkan satu rakaat karena satu rakaat dianggap terputus. Sedangkan shalat Isya disamakan dengan shalat Zuhur dan Ashar karena berfungsi sebagai penambal kekurangan yang ada di waktu malam, karena pada malam hari terdapat 2 shalat yang diwajibkan. Sedangkan di waktu siang, ada 3 shalat, sebab pada waktu ini anggota tubuh lebih energik untuk dipakai beribadah.” (Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairomi, Hasyiah Bujairomi ‘ala Syarhi Manhaj Thulab, [Beirut, Darul Fikri: 2010], juz 1 halaman 152)
Dari penjelasan ini kita bisa melihat bahwa jumlah rakaat bukan ditentukan secara acak. Ia ditetapkan oleh Allah dengan penuh pertimbangan: mempertimbangkan kondisi fisik, psikologis, dan spiritual manusia dalam sehari semalam.
Shalat Subuh ringan karena manusia baru bangun. Zuhur dan Ashar berat karena tubuh sedang kuat. Maghrib ganjil untuk menutup siang. Isya menutup malam dan mengimbangi waktu siang yang lebih panjang aktifitasnya.
Shalat bukan hanya kewajiban, tapi juga ritme ilahi yang menjaga hati dan waktu manusia. Dalam setiap rakaat, ada penebusan. Dalam setiap sujud, ada ketundukan dan ketenangan. Dan dalam keseluruhan 17 rakaat, ada struktur hidup yang Allah berikan agar kita tidak tersesat dalam kesibukan dunia.
Semoga setelah membaca ini, kita bisa lebih memahami dan mencintai shalat, bukan hanya karena perintah, tapi karena hikmah dan rahmat yang dikandungnya.
Posting Komentar untuk "RAHASIA BESAR DI BALIK 17 RAKAAT SHALAT WAJIB SEHARI SEMALAM"