Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KITAB ‘IRSYADUL IKHWAN’ : MENJELASKAN TENTANG PENGONSUMSI KOPI DAN ROKOK


       

Salah satu kitab karangan Ulama Nusantara adalah kitab ‘Irsyadul Ikhwan’ karangan Syaikh Ihsan Jampes Kediri – Para santri mungkin tidak asing dengan nama ini yang mengarang kitab ‘Sirajut Thalibin’. Judul lengkapnya adalah “Syarh Mandhumah Irsyadul Ikhwan li bayani syarbil qahwah wa dukhan”.

Kitab ini merupakan Syarh (penjelasan) dari kitab sebelumnya yang berbentuk Mandhumah (susunan syair) dengan judul “Irsyadul Ikhwan li bayani syarbil qahwah wa dukhan” (Bimbingan bagi saudara-saudara untuk menguraikan konsumsi kopi dan rokok). Kitab sebelumnya yang berbentuk Mandhumah dikarang oleh pengarang yang sama – Syaikh Ihsan Jampes dengan tujuan mudah untuk dihafal. Setelah itu beliau merasa bahwa Mandhumah ini perlu penjabaran atau penjelasan supaya lebih dapat dipahami oleh banyak orang - mengingat kalam Mandhumah diulas lebih ringkas.

Sang Mushannif (pengarang) atau yang lebih akrab dengan gelar Syaikh Ihsan Jampes nama lengkapnya adalah Ihsan Bin Muhammad  Dahlan (1901-1952) dari Jampes, Kediri, Jawa Timur. Jampes merupakan nama salah satu dusun di desa Putih Kabupaten Kediri. Beliau merupakan salah satu Ulama yang mendapat legitimasi keilmuan dari salah satu pendiri organisasi terbesar Nahdhatul Ulama KH. Hasyim Asyari.

Bahkan, di dunia Internasional namanya sangat diperhitungkan. Suatu ketika, Raja Farouk pernah mengirim utusan kepada Syaikh Ihsan agar beliau bersedia mengajar di Universitas Al-Azhar Kairo. Namun Syaikh Ihsan lebih memilih mendampingi para santri di pondok ketimbang mendapatkan undangan kehormatan tersebut.

Barangkali kesederhanaan itulah yang menjadi penutup kehebatan beliau. Namun Kiai Ihsan – gelar beliau di tanah Jawa – dikenal di kalangan pelajar di Mesir, terutama oleh ulama Al-Azhar karena kitab beliau yang menjadi bahan Studi utama dalam ilmu Tashawuf di Universitas tersebut. Bahkan, menurut pengakuan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kitab karangan Syaikh Ihsan yang bernama ‘Sirajut Thalibin’ sudah “nongkrong” di rak perpustakaan kota Baghdad.

Syeikh Ihsan memiliki penguasaan atas beberapa cabang ilmu yang berbeda. Inilah yang memungkinkan beliau untuk menulis karya dalam bidang yang berbeda. Namun dalam khazanah karya ulama Nusantara hingga kini kitab ini masih dianggap sebagai masterpiece. Paling tidak sampai saat ini belum ditemukan karya sejenis yang mampu menandingi kekuatan dari kitab ini.

Kitab Irsyadul Ikhwan karya Syeikh Ihsan sendiri belum sepenuhnya dikenal oleh khalayak pesantren nusantara maupun NU. Beberapa pesantren memang menjadikannya sebagai kitab yang diajarkan, namun belum menyentuh pesantren-pesantren secara dominan. Para kyai, baik perokok maupun tidak, ternyata tidak semuanya mengoleksi bahkan mengetahui kitab tersebut. Bahkan, saat diadakan musyawarah ulama untuk menyimpulkan hukum merokok kitab ini tidak masuk dalam daftar referensi.

Kitab Irsyadul Ikhwan memuat susunan syair yang ditulis dalam aturan bahr rajaz. Bahr adalah rumus-rumus penulisan bait qasidah yang merupakan karya puitik klasik Arab. Rajaz adalah aturan irama dalam penuturan yang terdiri enam suku kata “mustaf’ilun” dalam setiap baris. Jenis bahr pun bermacam macam yang aturannya tertuang dalam ilmu arudl atau dalam teori bahasa-sastra disebut ilmu prosodi. 

Sebagai pembuka kitab Syeikh Ihsan menyebutkan pujian kepada Allah yang menjadikan perbedaan pendapat antara umat Islam adalah rahmat. Ungkapan ini bermakana sangat dalam karena sejak awal Syeikh Ihsan telah memberi landasan pemahaman bahwa pembahasan rokok memang melahirkan ikhtilaf antar banyak ulama. Ikhtilaf ini pula yang selanjutnya dipaparkan apa adanya dalam kitab tersebut.

Ada empat bab yang termuat dalam kitab, pertama menerangkan seputar permasalahan kopi dan rokok, kedua menerangkan pendapat-pendapat yang mengharamkan rokok, ketiga menerangkan pendapat-pendapat yang menghalalkan rokok sekaligus menangkis pendapat-pendapat yang mengharamkan dan terakhir adalah permasalahan Fiqih yang berkaitan dengan rokok.

Sebagi kesimpulan, status yang ditegaskan Syeikh Ihsan Jampes atas merokok adalah jawaz (boleh) yang memuat sifat karahah (dibenci). Tapi ditegaskan bahwa status makruh itu dengan syarat apabila si perokok itu bisa meninggalkan rokok tersebut. Apabila si perokok tidak bisa meninggalkan rokok maka kemakruhan rokok itu gugur.

Tulisan ini tidak bermaksud mendukung atau mendiskriminasi para perokok. Tetapi hanya ingin mengenalkan kepada pembaca bahwa ada Ulama hebat dari Nusantara yang mampu mengarang kitab berbentuk syair yang mengulas tentang permasalahan kopi dan rokok yang belum ditemukan kitab yang sebanding dengan karangan Syaikh Ihsan Jampes.

Wallahu A’lam

Posting Komentar untuk "KITAB ‘IRSYADUL IKHWAN’ : MENJELASKAN TENTANG PENGONSUMSI KOPI DAN ROKOK"