Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGAPA KETURUNAN NABI YUSUF TIDAK ADA YANG MENJADI NABI?



Di antara dua belas putra Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf merupakan putra yang paling disayangi dan yang paling mulia. Beliau dengan Bunyamin merupakan saudara seibu yang bernama Rahil. Kemuliaan Nabi Yusuf diabadikan di dalam Al-Quran :

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (٤) قَالَ يَا بُنَيَّ لا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS: Yusuf ayat 4-5)

Menurut sebagian ulama dalam kitab tafsirnya, maksud bintang dalam mimpi Nabi Yusuf adalah kesebelas saudaranya, sementara matahari dan bulan adalah kedua orang tuanya.

Pada akhirnya, mimpi Nabi Yusuf menjadi kenyataan ketika beliau diutus menjadi Nabi dan diangkat menjadi penguasa di Mesir setelah melewati beberapa peristiwa dalam hidupnya mulai dari diasingkan oleh saudara-saudaranya, difitnah oleh istri wazir mesir, hingga berakhir dimasukkan ke dalam penjara.

Setelah melewati berbagai drama antara Nabi yusuf dan saudara-saudaranya, berangkatlah rombongan Nabi Ya’qub untuk menemui penguasa Mesir yang tak lain adalah Nabi Yusuf sendiri sesuai kesepakatan negosiasi antara kedua belah pihak.

Di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali menceritakan bahwa saat Nabi Ya’qub sampai, Nabi Yusuf tidak berdiri untuk menyambut kedatangan orang tuanya. Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Yusuf “Apakah kamu merasa mulia untuk untuk berdiri menyambut orang tuamu? Demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, Aku tidak akan mengutus nabi dari keturunanmu!”

Perilaku Nabi Yusuf tersebut sesuai dengan maqalah arab :

حسنات الأبرار سيأت المقربين

“Perilaku baik orang biasa dapat dianggap buruk bagi orang yang memiliki kedekatan”

Dalam pandangan manusia, tingkah laku Nabi Yusuf merupakan hal yang biasa dan lazim saat menerima rombongan tamu sekalipun orang tua. Tetapi Nabi Yusuf merupakan seorang Nabi dan mempunyai kedekatan dengan Allah sehingga tingkah laku beliau dinilai tidak etis.

Terkait benar atau tidaknya kisah di atas hanya Allah yang tau. Tetapi hikmah dari kisah di atas bukan untuk membicarakan kesalahan Nabi Yusuf, akan tetapi sebagai pengingat semata agar kita selalu memuliakan kedua orang tua kita.


Posting Komentar untuk "MENGAPA KETURUNAN NABI YUSUF TIDAK ADA YANG MENJADI NABI?"