Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HIKMAH BERDIRI SAAT PEMBACAAN MAULID NABI SAW

 


Gegap gempita perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW makin terasa saat memasuki bulan Rabiul Awwal. Banyak umat islam yang merayakannya sebagai bukti cinta kepada sang Nabi. Karena kelahirannya merupakan pelita bagi seluruh alam semesta.

Banyak cara yang dilakukan oleh umat islam dalam menyelenggarakan maulid seperti bersedekah, membacakan zikir maulid, tabligh akbar, dan sebagainya.

Sudah menjadi kebiasaan dan tradisi umat islam ketika membacakan Maulid seperti Dhiyaul Lami’, Simtuddurar, Ad-diba’I, Dalail Khairat dan lain-lain, mereka akan berdiri di saat Mahallul qiyam. 

Tradisi tersebut banyak dicontohkan oleh ulama salaf untuk mengagungkan dan menghormati Rasulullah SAW sebagai penghulu alam semesta.

Terkait hal ini, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi memaparkan ulasannya di dalam kitab Ianatutthalibin jilid 3:

فَائِدَةٌ: جَرَتِ الْعَادَةُ أَنَّ النَّاسَ إِذَا سَمِعُوْا ذِكْرَ وَضْعِهِ يَقُوْمُوْنَ تَعْظِيْمًا لَهُ وَهَذَا الْقِيَامُ مُسْتَحْسَنٌ لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ النَّبِيْ وَقَدْ فَعَلَ ذَلِكَ كَثِيْرٌ مِنْ عُلَمَاءِ الْأُمَّةِ الَّذِيْنَ يُقْتَدَى بِهِمْ

“Faidah: Telah menjadi kebiasaan ketika orang-orang mendengar kelahiran Nabi Muhammad, mereka berdiri sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. Berdiri semacam ini dianggap baik karena di dalamnya mengandung pengagungan terhadap Nabi. Hal tersebut telah dikerjakan oleh mayoritas Ulama yang patut untuk diikuti.”

Kemudian Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani menegaskan dalam kitab beliau Al-I’lam bi Fatawi Aimmatil islam Haula Maulidihi Alaihi As-Shalatu wa Salam :

فَاعْلَمْ أَنَّ الْقِيَامَ فِى الْمَوْلِدِ النَّبَوِيْ لَيْسَ هُوَ بِوَاجِبٍ وَلَا سُنَّةٍ وَلَا يَصِحُّ اِعْتِقَادُ ذَلِكَ اَبَدًا. وَاِنَّمَا هُوَ حَرَكَةٌ يُعَبِّرُ بِهَا النَّاسُ عَنْ فَرْحِهِمْ وَسُرُوْرِهِمْ فَإِذَا ذُكِرَ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلِدَ وَخَرَجَ اِلَى الدُّنْيَا يَتَصَوَّرُ السَّامِعُ فِى تِلْكَ اللَّحْظَةِ اَنَّ الْكَوْنَ كُلَّهُ تَهْتَزُّ فَرْحًا وَسُرُوْرًا بِهَذِهِ النِّعْمَةِ فَيَقُوْمُ مُظْهِرًا لِذَلِكَ الْفَرْحِ وَالسُّرُوْرِ مُعَبِّرًا عَنْهُ فَهِيَ مَسْأَلَةٌ عَادِيَةٌ مَحْضَةٌ لَا دِيْنِيَّةٌ اَنَّهَا لَيْسَتْ عِبَادَةً وَلَا شَرِيْعَةً وَلَا سُنَّةً وَمَا هِيَ اِلَّا أَنْ جَرَتْ عَادَةُ النَّاسِ بِهَا

“Ketahuilah, sesungguhnya berdiri saat perayaan maulid nabi bukan perkara wajib, bukan pula perkara sunah. Dan keyakinan akan hukum itu tidak benar. Akan tetapi, berdiri itu merupakan ungkapan dari rasa kebahagian umat manusia. Sehingga ketika disebut Rasulullah Saw. telah lahir ke dunia, para pendengarnya menggambarkan bahwa seluruh dunia kala itu bergetar bahagia dengan nikmat tersebut sehingga ia mengungkapkan kebahagiaan itu dengan cara berdiri. Sehingga persoalan berdiri itu murni sebuah kebiasaan dan tidak masuk dalam ranah agama. Berdiri itu bukan termasuk ibadah, bukan syariat, dan bukan sunah. Akan tetapi hanya sebuah kebiasaan yang sudah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat.”

Dari ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi berdiri di saat pembacaan Maulid merupakan suatu bentuk ungkapan bahagia dan akhlak seorang muslim yang memuliakan baginda Nabi SAW. Bahkan, para ulama memandang bahwa berdiri untuk menghormati Rasulullah SAW merupakan istihsan (anggapan baik).

Semoga dengan berkah merayakan maulid, kita semua mendapatkan Syafaat Nabi Muhammad SAW di hari Akhirat kelak.


Posting Komentar untuk "HIKMAH BERDIRI SAAT PEMBACAAN MAULID NABI SAW"