SIKAP KETELADANAN MBAH MOEN TERHADAP DZURRIYAH NABI YANG TAWADHU'
Suatu hari, Habib Abdullah Zaky Al-kaff
hendak mondok ke pesantren Al-Anwar yang diasuh oleh Mbah Moen. Sebelum
berangkat ke pondok, Habib Zaky diperingatkan oleh pamannya, “Nanti, kalau sudah
di sana, jangan kasih tau Mbah Moen kalau kamu ini dzurriyah (cucu Nabi), ya”
Sesampainya di sana, Habib
Zaky menemui Mbah Moen. Ia ditanya oleh Mbah Moen, “Namamu siapa?”
“Nama saya Zaky”, jawab
Habib Zaky yang wajahnya memang tidak begitu terlihat seperti keturunan arab.
Setelah masa perkenalan
selesai, semua santri mulailah beraktivitas di pondok. Sesudah itu, mereka
semua Kembali ke kamar masing-masing untuk tidur dan beristirahat.
Baca juga : Opini Bahasa Inggris (Peran santri dalam menghadapi era teknologi digital)
Ketika tengah malam, kamar
Habib Zaky digedor-gedor. Semua santri terkejut karena yang menggedor pintu
kamar itu adalah Mbah Moen.
“Mana yang Namanya Zaky?
Kenapa kamu tidak mengaku kalau kamu dzurriyah Nabi? Saya baru saja didatangi
Rasulullah di dalam mimpi. Lalu Rasulullah berpesan kepada saya untuk menjaga cucunya
disini. Kalau kamu masih tidak mengaku sebagai dzurriyah Nabi mau pilih yang
mana? Mondok di tempat saya atau mondok di tempat lain?
Lahul Fatihah…….
ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD
Posting Komentar untuk "SIKAP KETELADANAN MBAH MOEN TERHADAP DZURRIYAH NABI YANG TAWADHU'"