Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CERPEN : BERANI (PART 2)

 


Gadis itu bernama Lisa. Andi dan Lisa merupakan teman satu kampus namun beda jurusan. Andi kuliah di jurusan Hukum Perdata sedangkan Lisa kuliah di jurusan Agroteknologi. Mereka berdua sudah lama berkenalan. Mereka pertama kali berkenalan di angkot saat duduk bersebelahan untuk menuju toko buku. Saat basa basi ternyata mereka satu kampus tapi berbeda jurusan. Namun perkenalan mereka bukan hanya pertemanan semata, tapi lebih dari itu. Lisa sudah lama menganggumi  Andi setelah melihat sikap Andi yang sangat berani sebagai aktivis kampus dalam menegakkan kebenaran di lingkungannya. Hebatnya, Andi pernah mengungkapkan kasus pelecehan seksual oleh seorang dosen kepada salah seorang Mahasiswi yang berujung dosen tersebut di masuk jeruji sel.
              Andi adalah pahlawan dan panutan bagi kalangan Mahasiswa – termasuk segelintir kalangan dosen. Andi tidak takut menghadapi situasi apapun, dia siap menerima segala resiko demi kebenaran walaupun nyawa sebagai taruhan. Karena hal inilah Lisa kagum dengan keberaniannya. Namun situasi saat ini membuat dia berada di posisi yang sangat sulit.
              “Pak Darman kok ada disini?” Tanya Andi. Dia kenal Pak Darman karena menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum di kampusnya. Pak Darman sering pergi ke kampus bersama Lisa dengan mobil jadi Andi tau kalau Pak Darman adalah ayahnya Lisa. Andi langsung membaca situasi dengan cepat apa yang terjadi di sekitarnya.
              “Seperti yang kau lihat, Andi. Kau pasti bisa langsung bisa menebaknya” Jawab Pak Darman.
              “Jangan katakan kalau Pak Darman yang merencanakan semua dengan menjebak dan memancingku untuk datang ke tempat ini dan membuat Lisa sebagai umpan”
              “Hahahaha... Pengamatanmu bagus juga. Kamu cocok menjadi pengacara ke depan sesuai dengan jurusan kuliah yang kau ambil. Tapi sayang, kamu tidak bisa keluar dalam keadaan hidup setelah masuk ke tempat ini, Andi. Mudah saja memancingmu untuk ke tempat ini berkat jiwa keberanianmu yang luar biasa itu. Heh, terkadang semakin berani itu semakin bodoh. Tidak berpikir panjang segala resiko apa yang akan terjadi ke depan”
               “Apa maksud semua ini, Pak? Kenapa bapak ingin menjebakku?”
              “Tentu saja aku ingin membunuhmu! Kamu adalah orang yang sudah menjadi virus dalam hidupku! Apa maumu mencampuri urusan orang lain dengan menggiring seluruh Mahasiswa untuk ikut  jalan pikiranmu yang sok berani itu dengan berteriak dan berkoar-koar ‘Tegakkan keadilan dan kesejahteraan kampus’. Kau sudah merasa paling bersih, heh? Walaupun kau kuliah di jurusan hukum bukan berarti kau akan suci untuk ikut segala kebijakan negeri ini. Semua ini hanya omong kosong! Tidak ada yang bersih dan suci di negeri ini bahkan di negara adidaya sekalipun. Maka kalau kau ingin hidup di negeri yang menjunjung tinggi segala peraturan maka aku mengirimmu secepatnya ke negeri itu. Negeri Akhirat! Seperti ayahmu yang sudah duluan berangkat menunggumu un—“
              “Jangan bawa nama ayahku, pak” Andi memotong.
              “Maaf saja soal itu. Tapi kau sudah duluan membawa salah satu kerabat dekat kami ke meja hijau hingga menunggu keputusan final hukuman apa yang akan diterimanya”


            BACA JUGA : KITAB ILMU NAHWU (GRAMATIKAL ARAB) ULAMA NUSANTARA

 

 “Jadi Pak Dudi kasus pelecehan itu kerabat bapak? Mohon maaf saja, Pak. Seharusnya bapak marah saja kepada Pak Dudi dan berterima kasih kepada kami yang sudah menghapus pencemaran nama baik kerabat dan kampus” Ujar Andi.
              “Tutup mulutmu, Andi! Aku muak mendengar kata-kata sok suci begitu yang—“
              “Sadar, Pak! Kata-kata bapak tidak mencerminkan sosok yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum di kampus yang dihormati oleh kalangan dosen dan Mahasiswa” Andi lagi-lagi memotong.
              “Cukup! Lisa! Ambil pistol ini dan tembak lelaki sialan itu!” Perintah Pak Darman.
              Yang diperintah hanya diam dan menunduk. “Lisa! Cepat ambil pistol ini dan tembak lelaki itu! Kau ingin membuat Papa kecewa, heh? Orang tuamu sendiri yang selalu menjaga dan membesarkanmu sejak Mama meninggal dunia. Cepat ambi!”
              Lisa mengambilnya dan menodongkan pistol itu ke arah Andi. “Jangan lakukan, Lis. Kamu akan menyesal nanti” Andi menatap matanya. Sebenarnya dia suka mata itu, mirip Michelle Ziudith yang menimbulkan pesona tersendiri.
              “Jangan sampai membuat Papa kecewa, Lisa! Cepat tembak dia! Kalau kamu ada timbul perasaan suka kepadanya kubur perasaan itu! Papa bisa memberikan orang lebih layak dari dia yang suka berbuat onar!” Seru Pak Darman.
              Tangan lisa masih terangkat menodongkan pistol. Ia menahan air matanya untuk tidak tumpah. “Sadar, Lisa! Kamu mau mengotori tanganmu dengan menembakku?” Ujar Andi sekali lagi.
              “TEMBAK LISA!”
              “JANGAAAN!!”
              DOR! Suara pistol meletus.


Bersambung......


Posting Komentar untuk "CERPEN : BERANI (PART 2)"